Selasa, 22 Juli 2014

LAPORAN PRAKTIKUM PERSILANGAN DUA SIFAT BEDA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
        Salah satu kemampuan dari makhluk hidup adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan dan menurunkan sifat yang sama atau mirip dengan induk. Sebelum alat pembesaran ditemukan, banyak ahli yang menganggap bahwa materi yang dianggap dalam warisan sifat suatu makhluk hidup. Serta berperan penting dalam pewarisan sifat adalah kromosom. Anggapn ini tidak sepenuhnya benar karena dalam kromosom terdapat bagian lain yang dianggap lebih berperan dalam pewarisan sifat yaitu GEN. Setelah pembesaran modern ditemukan, anggapan ini berkurang karena persenyawaan kimia dan protein juga asam nukleat yang nukleoplasma, dianggap lebih berperan dalam hal ini. Kajian lebih lanjut membuktikan bahwqa asam nukleat itulah yang disebut sebagai faktor hereditas dan substansi genetika. Asam nukleat terdiri dari dua komponen yaitu asam deokbose nuklea dan asam ribosom nukleat.
        Oleh karena itu kita melakukan praktikum tentang hibridis ini dengan menggunakan kancing genetik, dimana kancing genetik berwarna merah dilambangkan  (MM) dan putih dilambangkan (mm). Dengan demikian masalah penurunan sifat ini mendapat perhatian banyak peneliti dan peneliti yang paling populer adalah Gregor Johan Mendel.

B.       Tujuan
        Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu untuk mempelajari satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.

C.      Manfaat
        Adapun manfaat dalam praktikum ini yaitu dapat mempelajari satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

   Dari beberapa teori yang telah diformulasikan untuk menerangkan bagaiman sifat-sifat yang diwariskan, maka dua hal yang kemudian dalam genetik. Yang lain, teori yang mengenai sifat-sifat perolehan walau gagal lulus uji ilmiah tetapi berlanjut dipertahankan oleh para ahlinya (Antonyous, 2000).
   Teori hanya mengatakan bahwa sifat-sifat yang diperoleh induk selama masa hidupnya dapat diturunkan kepada keturunannya. Teori ini biasanya digabungkan dengan Lammarck, seorang biologiawan prancis. Yang menunjukkan bagaimana upaya menerangkan banyak penyususnan alam yang mencolok pada alam sekitarnya yang diperhatikan hewan dan tumbuhan. Ilustrasinya adalah jerapah. Ia menerangkan bahwa leher angsa panjang ini berkembang perlahan-lahan akibat generasi menurunkan kepada keturunannya dan penambahan sedikit kepala lehernya yang diakibatkan terus menerus mengalir itu (Antonyous, 2000).
   Teori kita mengenal sifat turun temurun, pertama-tama diajarkan oleh pendeta Australia yang bernama George Mendel dari tahun 1858 sampai tahun 1966, Mendel bekerja di kebun gerejanya di kota Burn, memeriksa keturunan (Margaret, 2006).
   Keputusan Mendel untuk bekerja dengan ercis karena tanaman ini sangat kuat dan tumbuh cepat. Sebagaimana organ seksnya. Benang sari menghasilkan serbuk sari yang membawa gamet jantan dan putik gamet betina atau telur. Walau kadang serangan dapat masuk ke organ seksnya namun biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Mendel dapat membuka kuncupnya dan membuang benang sari sebelum menjadi masak kemudian dengan menyapu-nyapukan serbuk sari tanaman lain maka berlangsung penyerbukan silang. Pilihannya atas ercis benar karena terdapat banyak varietes yang berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan keriput yang lain menghasilkan biji mulus dan bulat juga beberapa ahli sebelumnya membentuk kotiledon hijau (organ menyimpan makanan). Yang lainnya membentuk kotiledon kuning. Beberapa bentuk polong hijau yang lainnya kuning. Ciri-ciri berpasang-pasangan ini dipilih Mendel untuk ditelaah karena mudah dari generasi tumbuhan yaitu abred blue. Secara kebijaksanaan di abaikan sifat-sifat ini dalam telaahnya karena dapat menyuburkan pilihannya dalam klasifikasinya ercis menghasilkan biji bulat dan keriput. Jadi, keputusan Mendel untuk membatasi jangkauan percobaannya tentu saja merupakan faktor penting dalam menghasilkannya (Antonyous, 2000).
   Masalah penurunan sifat mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling populer adalah Gregor Johan Mendel mulai melakukan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuan ini menemukan prinsip dasarpewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum mendel I dan hukum Mendel II (Arman, 2001: 67).
   Mendel melakukan persilangan Monohibrid dengan tujuan mengetahui pada pewarisan sifat dari tertua kepala generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi (Idam, 2004: 29).
   Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genes atau hukum pengelompokan gen secara bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamer gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid yaitu persilangan hari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan satu sifat beda dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif biasanya dinyatakan dengan simbol/ tanda pertama dari fenotif (Wildan, 1986: 137).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
        Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/ Tanggal       : Rabu/ 21 November 2012
Pukul                    : 14.00 – 16.00 WITA
Tempat                 : Laboratorium Zoologi Lantai II
                               Fakultas Sains dan Teknologi
                               Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                               Samata-Gowa

B.       Alat dan Bahan
1.      Alat
   Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah toples dua buah.
2.      Bahan
   Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kancing genetika berwarna merah dan putih100 biji.

C.      Prosedur Kerja
        Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Persilangan monohibrid
a.       Pada masing-masing toples, memasukkan 100 kancing putih dan 100 kancing merah. Dua toples tersebut mewakili dua individu pada generasi parental satu percobaan.
b.      Mengkocok masing-masing toples hingga semua kancing tercampur secara homogen.
c.       Memasukkan satu tangan ke dalam satu toples dan tangan satunya lagi ke dalam toples lainnya. Mengambil kancing tersebut secara bersamaan dan di acak. Meletakkan kancing tersebut di atas meja.
d.      Mengulang proses tersebut selama 20 kali.
2.      Persilangan dihibrid
a.       Kotak genetika dua dengan model gen berwarna merah (M), putih (m), hitam (B) dan hijau (b) masing-masing 100 buah.
b.      Melatakkan model gen sehingga membentuk gabungan MB,Mb, mB dan mb.
c.       Menempatkan dalam sebuah kotak, 50 buah model gen MB, 50 gen Mb, 50 buah gen mB dan 50 buah gen mb.
d.      Menempatkan ke dalam kotak lain.
e.       Mengkocok masing-masing kotak sehingga tercampur secara homogen.
f.       Mengambil dari kedua kotak tersebut pasangan model gen dan mencampurkan pasangan tersebut.
g.      Mencata hasil kombinasi pasangan dalam bentuk tabel tabulasi.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil pengamatan
1.      Persilangan monohibrid
No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekunsi
4
4
4










No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
2
8
2














No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
2
8
2















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
2
8
2















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.




Erekuensi
3
6
3















Tabel rekapitulasi persilangan monohibrid
No.
Pengambilan
Hasil pengamatan
Merah-Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1.

4
4
4
2.

2
8
2
3.

3
6
3
4.

3
6
3
5.

3
6
3
6.

3
6
3
7.

3
6
3
8.

3
6
3
9.

3
8
3
10.

2
8
2
11.




12.





Erekuensi
28
64
28














2.      Persilangan dihibrid
pengambilan
Hasil pengamatan

Merah HItam
Merah Hijau
Putih Hitam
Putih Hijau
































































Frekuensi
8
3
3
2


B.       Analisis Data
        Adapun analisis data dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Persilangan monohibrid
Merah-merah (MM)   = Jumlah merah-merah (MM)  x 100%
                                           Total pengambilan

                                   = 28   x 100%
                                      120

                                   = 23,33

Merah putih (Mm)      = Jumlah merah-putih  x 100%
                                       Total pengambilan

                                   = 64   x 100%
                                      120

                                   = 53,34

Putih-putih (mm)        = jumlah putih-putih   x 100%
                                       Total pengambilan

                                   = 28  x 100%
                                      120

                                   = 23,33

2.      Persilangan dihibrid
Merah hitam               = jumlah merah hitam  x 100%
                                       Total pengambilan

                                   = 8  x 100%
                                      6

                                   = 5

Merah hijau                = jumlah merah hijau  x 100%
                                      Total pengambilan

                                   = 3  x 100%
                                      16

                                   = 18,75%

Putih hitam                 = jumlah putih hitam  x 100%
                                     Total pengambiolan

                                   = 3  x 100%
                                     16

Putih hijau                  = jumlah putih hijau   x 100%
                                      Total pengambilan

                                   = 2  x 100%
                                     16

                                   = 12,5%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
        Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah persilangan yang dilakukan oleh Mendel ada dua yaitu, persilangan monohibrid dan dihibrid. Persilangan monohibrid yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat tertua kegenerasi berikutnya dan untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet yang dapat memisah secara bebas. Persilangan monohibrid menghasilkan perbandingan dominasi penuh yaitu 1 : 3 dan dominasi tak penuh 1 : 2 : 1, sedangkan persilangan dihibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas saat pembentukan gamet. Persilangan dihibrid menghasilkan pembentukan yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

B.       Saran
        Adapun saran saya sebagai praktikan yaitu sebaiknya praktikan dalam melakukan percobaan agar data diperoleh lebih valid. Serta memperhatikan kancing genetika agar tidak tercecer setelah digunakan.











DAFTAR PUSTAKA

Antonyous. Biologi. http://persilangan.blogspot.com (diakses 26 November 2012)
Arman. Biologi Dasar. Makassar: Alauddin Pers, 2001.
Idam. Buku Ajar Biologi Umum. Jakarta: Erlangga, 2004.
Margaret. Biologi Umum. http://dthauki-manfaat.blogspot.com (diakses 25 November 2012.

Wildan, Yatim. Biologi. Bandung: Erlangga, 1986.